Jumat, 19 Juni 2020

Cerpen: Takdir di Tangan Tuhan




Satu truk Fuso berjalan perlahan-lahan masuk jalan perkampungan di Desa Bahagia. Pagi itu Otong baru datang dari kerja untuk supir. Sebab epidemi Corona sedang menyebar di Jakarta, sang Otong diperintah oleh Bos tidak untuk mengantarkan atau terima order angkut muatan dari serta ke Jakarta. Serta disarankan oleh Bosnya untuk jangan pulang ke garasi. Disarankan untuk istirahat semasa beberapa waktu sampai keadaan berkurang. Jadilah truk yang dibawa Otong sesudah kirim muatan ke Surabaya selanjutnya dibawa pulang ke rumah.

Waktu melalui jalan di perkampungan dekat tempat tinggalnya, Otong lihat ada tenda hajatan yang kelihatannya baru terpasang dengan tempat 1/2 mengonsumsi tubuh jalan.

"hmm...kelihatannya Pak Bejo ingin membuat hajatan" gumam Otong. Dia memarkirkan truk Fusonya tidak jauh dari rumah Pak Bejo.

"Wah pagi-pagi telah ada tamu siapa itu yang tiba? Bawa serta truk besar juga" bertanya Bejo pada istrinya yang sedang repot ngatur-ngatur rewang.

"Ada apakah sich Pih?" Markonah balik menanyakan.

"Itu lho siapa yang tiba pakai mobil besar begitu?"

"Mamih tidak tahu, kelihatannya tidak berada di daftar undangan. Kan undangan kita sejumlah besar orang terpandang serta kaya, bukan supir truk" Markonah menyombongkan diri.

"Assalamu'alaikum Pak Haji" Otong memberikan salam pada Pak Bejo.

Keluarga Pak Bejo populer sombong, serta maunya dipanggil dengan panggilan terhormat. Tidak menyahut jika cuma dipanggil Pak Bejo.

"Wa'alaikumsalam. Owalaahhh kamu toh Tong. Tidak anggap tamu siapa yang tiba"

"Ingin ada acara apaan Pak Haji?"

"Ini Tong, Bapak ingin nikahin Siti, anak satu-satunya Bapak sama sang Badrun anak juragan minyak kampung samping" jawab Bejo sekalian tersenyum bangga.

"Pak, lagi keadaan ini kok justru ingin ngadain acara ramai-rame?"

"Soalnya ini acara telah diperkirakan jauh hari. Hari serta tanggal bagusnya juga dihitung. Pasnya ya ini hari atau esok" sebut Pak Bejo menerangkan.

"Apa tidak dapat dipending dahulu Pak? Atau minimum, yang perlu akad dahulu saja. Acara ramai-rame kelak saja jika situasi epidemi Corona telah surut" Otong memberikan pemahaman.

Tips Main Slot Dengan Modal Kecil

"Ya tidak dapat segampang itu Tong. Waktu nikah anak bapak ingin diam-diam saja. Apa kata keluarga serta tetangga kelak? Disangka untuk tuan tanah serta juragan sembako di desa ini tidak dapat ngadain acara pesta"

"Tetapi, kan kasian sama tamu undangan. Apa dapat jamin semua tamu tidak bawa virus?"

"Oohh...tenang saja Tong jika masalah itu. Bapak telah mengantisipasi mempersiapkan hand sanitizer, tempat bersihkan tangan, serta semprot disinfektan" Pak Bejo menjawab kecemasan Otong.

"Bagus Pak, tetapi apa dapat jamin semua ingin taat untuk bersihkan tangan dan lain-lain? Ada satu saja yang lupa, dapat jadi beresiko. Dapat jamin jika virus yang berada di rongga mulut tidak keluar waktu makan sajian? Ditambah lagi tamunya Pak Bejo beberapa dari kota. Dapat jadi tamu pernah contact sama orang yang terserang virus corona di jalan, serta virusnya memelekat di pakaian atau anggota badan lain" Otong menerangkan peluang-kemungkinan jelek lain dengan keinginan Pak Bejo serta keluarga sadar akan bahaya yang mengawasi.

"Aduuhh Toong...Tong, kamu tidak perlu cemas. Kelak ada peralatan kesehatan untuk cek temperatur badan untuk tahu sedang demam atau mungkin tidak" mendadak Bu Markonah, istri Pak Bejo nyahut.

"Otong hanya cemas kampung kita jadi terkena epidemi corona seperti di beberapa kota, Bu. Otong saja diminta libur serta tidak bisa pulang ke kantor dahulu sebab kantor Otong masuk daerah terkena"

"Telah deh, tidak perlu begitu parno begitu Tong, semua akan aman teratasi" Markonah mengatakan sekalian mengacung jempol.

"Tetapi kan Bu, yang menjadi permasalahan lagi, orang yang terjangkiti Corona tidak harus ada tanda-tanda sakit. Banyak pula yang sehat tanpa ada tanda-tanda" Otong masih ngeyel.

"Telah... telah, yakin saja jika takdir berada di tangan Allah. Tidak perlu begitu takut" Pak Bejo mengatasi.

Nampak muka mereka mulai tidak senang pada Otong.

"Nah bener tuch Pih, jika saatnya mati mah, mati saja. Jika belum saatnya, tenang saja, tidak akan kenapa-kenapa" Markonah suka pengakuan suaminya.

"Lagian ngapain kamu repot mengurusin? Jika mati , yang mati saya, bukan kamu. Toh kamu tidak nyumbang apa-apa. Usil sangat!" dengus Markonah jengkel.

"Yaelahh Bu, Pak, jika mati terkena corona faksi keluarga gak bisa turut ngubur, tidak ada acara pemandian, tidak ada acara solat mayat. Dikubur kaya kucing" jawab Otong sekalian berlalu.

Otong menstarter truk Fusonya. Mulai berjalan perlahan-lahan.

"Ehh...ehh ingin ngapain kamu Toong?!" teriak Pak Bejo.

"Maaf Pak, tendanya menghambat setengah jalan. Truk saya tidak dapat melalui. Takdir di tangan Tuhan. Jika Tuhan mentakdirkan hajatan ini masih berjalan, tidak akan kenapa-kenapa Pak Haji. Santaiii..." teriak Otong sekalian terus injak gas. Akhirnya tenda hajatan Pak Bejo yang mengonsumsi setengah jalan roboh dilibas Fuso.

"Semprulll kamu Toong...!!" teriak Pak Bejo serta Bu Markonah histeris.

Share:
Lokasi: Indonesia

Definition List

Unordered List

Support